Hal-Hal Yang Gw Harap Gw Paham Ketika Masih Muda

Udah lama banget ga nulis di sini, hehe..kangen juga nulis pake bahasa bebas, bisa lebih santai, bisa pake bahasa sehari-hari 😊 belakangan ini lebih sering nulis buat konten di web lain yang bahasanya lebih serius (lelah akutu terlalu serius hidupnya 😭, butuh ruang untuk bisa numpain lagi apa yang ada di otak ini, hehe..). Check di sini ya, siapa tau mau baca-baca. Check IG-nya juga boleh. 😋 Sekalian follow juga boleh.

Anyway, di usia sekarang yang udah kepala 3, kadang gw berpikir, "Cobaaa dulu gw paham hal ini ya, mungkin gw ga perlu menghabiskan energi dan emosi terlalu besar di moment-moment tertentu". Pernah ga sih kalian mikir gitu juga? Apa cuma gw aja? Hehe..

Gw mau berbagi 7 hal yang gw harap gw paham di usia gw yang lebih muda.

1. Perubahan pertemanan di setiap fase itu wajar dan normal

Dulu gw selalu iri ngeliat temen yang dari TK bisa sahabatan deket sampai mereka kerja. Kayaknya seru gitu punya orang yang kenal lo dari kecil dan tumbuh bareng-bareng. Setelah dewasa, gw menyadari, kesempatan ini mungkin hanya bisa didapatkan segelintir orang. Temen SD kita mungkin ga berteman dekat lagi dengan kita ketika kita masuk SMP. Begitupun ketika kita masuk SMA. Kita mungkin ga berteman dekat lagi dengan teman SMP kita. Masuk kuliah, berubah lagi. Masuk kerja, berubah lagi. And that's normal!

Ga perlu merasa kehilangan teman atau merasa teman kita berkhianat dan ga sayang sama kita. Sejujurnya itulah fase hidup, teman bisa datang dan pergi. Tapi gw pun menyadari hal ini sulit diterima, khususnya untuk kita yang punya isu abandonment, isu penolakan, isu ditinggalkan. Akan sangat sulit sekali menerima realita ini. Gpp, pelan-pelan coba dijalani dan di mengerti ya. Seek profesional help if you need it.

2. Berdirilah di kaki sendiri. Help yourself. Bukan tugas orang lain untuk bikin kita bahagia

Perasaan kita, emosi kita, kebahagiaan kita adalah tanggungjawab kita. Bukan orang lain.

Dulu gw ga paham akan hal ini. Gw selalu ingin orang lain mengerti kondisi gw, gw ingin teman-teman gw "puk-puk-in" gw kalau lagi sedih. Gw ingin mantan pacar gw hadir ketika gw lagi stress urusan kerjaan. Ketika ga dapetin itu dari orang lain, gw blaming mereka.

It's silly. 😅

Ibarat kita nginjek kotoran, terus kita suruh orang lain yang bersihin sepatu kita. Like...what? 😅

Lagi-lagi, gw paham orang yang mungkin punya isu rejection, abandonment akan sulit sekali berdiri di kaki sendiri. Sebagai orang yang pernah ngalamin ini juga, mungkin gw bisa berbagi sedikit apa yang bisa coba dilakukan. Mindest. Yup..kuncinya ada di pikiran kita. Coba ubah mindset kita. Kita selalu punya pilihan keluar dari situasi yang ga enak, perasaan yang ga enak. Kita bisa melakukan sesuatu dengan hal tersebut sehingga kita tidak terus menerus menyalahkan orang lain jika ada hal yang tidak sesuai dengan keinginan kita.

3. Perasaan sakit itu universal. Semua orang mengalaminya. Pick your battle wisely.

Pernah lihat orang yang hidupnya kayak ga ada masalah dan baik-baik saja? Tenang aja..ga usah iri. Kita ga akan pernah tau apa yang terjadi di baliknya. Kita ga pernah tau fase hidup mereka seperti apa. 

Beberapa kali gw mendengar kisah teman-teman gw yang dari luar tampak baik-baik saja, sebenarnya sedang tidak baik-baik saja. Di saat itulah gw paham bahwa semua orang akan punya medan perangnya masing-masing. Tinggal tunggu kapan, dengan siapa, tentang apa. Ga perlu compare. Fokuslah di hidup kita sekarang. Di area mana kita willing untuk merasakan rasa sakit itu.

4. Ga perlu berdebat merasa paling benar. Save your energy

Sebagai orang yang suka berdebat, harus gw akui Tuhan banyak hajar gw jadi rendah hati di area ini. Hahaha..ego, kesombongan, kepintaran..pada akhirnya itu hanya akan menambah perasaan tidak menyenangkan yang gw bawa kemana-mana ketika bertemu dengan orang lain. And it's not healthy.

Pada akhirnya gw belajar ga semua orang perlu diajak debat. Ga semua orang harus diajak debat. Menerima bahwa orang lain punya pemikiran sendiri, punya pandangan sendiri membawa gw belajar untuk menerima perbedaan dan tidak memaksakan apa yang gw yakini kepada orang lain. 

Sekarang gw memilih untuk belajar mendengarkan dan rem ketika gw ingin mengungkapkan apa yang gw tau. Gw ga harus mengubah orang lain. Biarkan mereka menjadi mereka dengan prosesnya masing-masing. 

5. Ketika mengalami penolakan, bukan berarti kita tidak berharga

Hidup akan membawa kita merasakan berbagai penolakan. Ga bisa dihindari, penolakan pasti akan terjadi. Dalam relasi pertemanan, kerjaan, pacaran, komunitas, di manapun kita berada. Ketika mengalami penolakan, sakit banget kan ya rasanya? Gw rasa kita semua pernah merasakan ini.

1 hal yang pada akhirnya gw pelajari adalah ketika kita ditolak bukan berarti kita ga berharga. Penolakan terjadi dalam banyak situasi. Bisa aja kita bukan orang yang dicari, bisa aja ada hal-hal yang harus didahulukan sehingga kita dikesampingkan? Apapun itu, tidak ada hubungannya dengan keberadaan diri kita. Kita tetap berharga dan punya nilai, hanya saja, situasinya sekarang sedang tidak sesuai dengan keinginan kita.

6. Dunia bukan hanya berputar tentang kita. Masing-masing orang hanya bertahan hidup dengan caranya masing-masing. Bahkan kebanyakan orang ga tau apa yang sebenarnya mereka lakukan

Kita ga se-special itu. Semua orang sama rata. 

Jadi ketika muncul perasaan hidup ini ga adil, kenapa hidupku seperti ini, kenapa aku harus melalui masalah ini, ingatlah bahwa ada orang di luar sana yang juga merasakan hal yang sama. Dibanding fokus dengan penderitaan kita, ada baiknya kita mulai reach out ke orang lain di saat kita butuh support, di saat kita butuh penguatan. Mungkin kita juga bisa mulai membantu orang lain, walaupun kita sendiri sedang kesulitan. Percayalah, dengan memberikan diri kita membantu orang lain, kita akan punya perspektif yang baru tentang perasaan menderita yang kita rasakan. Ini sulit dijelaskan sih, butuh dipraktekkan. Semoga kita punya kesempatan ini ya 😊

7. Apa yang kita percayai dengan sangat kuat, suatu saat akan runtuh oleh realita.

Di saat itulah kita akan bertumbuh. 

Di saat itulah ego kita sedang dikikis. 

Realita adalah guru terbaik yang selalu mengajarkan kita sesuatu. Belajarlah untuk tidak attach dengan pemikiran, belief, teori tertentu dan kita pegang erat-erat. Bisa jadi suatu saat apa yang kita percayai itu runtuh ketika realitanya tidak sesuai dengan pemikiran yang selama ini kita pegang. Di titik itulah semesta menyodorkan kita pilihan : apakah kamu mau belajar melihat ulang apa yang kamu yakini atau apakah kamu tetap bersikeras memegang kuat apa yang kamu yakini?


Edit your life frequently.

It's your masterpiece after all.

-Nathan W. Morris-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Toxic Positivity

3 words for 2020