Break the System!

Pasti pernah donk nonton film Princess Diaries atau Tangled?
Film tersebut menceritakan kisah tentang gadis biasa, yang menjalani kehidupan biasa namun tiba-tiba di usia tertentu (biasanya remaja) mengetahui bahwa ia ternyata adalah anak dari keluarga kerajaan...Biasanya ini tipikal film-film remaja..lalu ia mulai memasuki dunia baru dalam kerajaan dan diakhiri dengan happy ending..and then they happily ever after..the end!

Nah, waktu inget-inget lagi dan terakhir kali nonton film bertema itu, saya mencoba membalik ceritanya..sekarang, pertanyaannya adalah : Gimana kalau di usia tertentu, oke..let's say usia remaja, seseorang mengetahui kalau dia adalah salah satu keturunan keluarga kerjaan, bukan keluarga kerajaan yang baik, tapi keluarga kerjaan yang jahat.. *jeng jeng* nah looh...Gimana yaa rasanya kira-kira jadi anak tersebut?

Seseorang pernah berkata : Buah tidak pernah jatuh jauh dari pohonnya..sama seperti anak tidak pernah berbeda jauh dari kedua orangtuanya..So, logikanya, kalau begitu, anak dari keturunan keluarga kerajaan tadi yang jahat, punya sisa-sisa sifat atau karakter yang tidak baik juga...bener nggak? Setujuuhh..??

3 tahun lalu, disaat saya berusia remaja.. *ngarep..hahaha..saat itu usia saya 23 tahun, kami (saya dan kakak-kakak saya) dikumpulkan dalam satu ruangan oleh mama saya...dan kami pun membahas masalah ibu dari papa saya (yang berarti nenek saya) yang saat itu sedang kritis..entah bagaimana, tiba-tiba mama saya menceritakan masa lalu keluarga saya, yang bikin kami bengong, melongo, bertanya-tanya dalam hati dan akhirnya kami gosip setelah itu di ruangan terpisah..hahahaha...ini adalah satu hal yang ada diluar pikiran kami..

Mama saya mulai membeberkan kisah keluarga besarnya..headline news saat itu kalo bisa di bold judulnya begini "Kami adalah generasi ke-15 dari keluarga di keraton".
Tapi tunggu dulu...whaatt?? hidup dijaman gini, peradaban maju, teknologi canggih, terus dapet berita seperti ini? Shock..saya membayangkan keluarga keraton yang sopan, hidupnya penuh aturan, kaku..ga cocok banngeett deh...saya yakin kalo kami, saya khususnya, tinggal di keraton, uda ditendang keluar kali gara-gara ga mengikuti aturan..hahahaha.. :)
Hmm..keturunan keluarga di keraton sih oke yaaa, tapi pertanyaan : keturunan siapa???
Mama saya mulai melanjutkan headline news tersebut dan mengatakan bahwa ia dan saudara-saudaranya (which is tante dan om saya) punya sertifikat dengan cap keraton, yang menandakan bahwa mereka adalah warga keraton...namun singkat cerita, sertifikat milik mama saya hilang..dan milik saudara-saudara mama saya sudah dibakar.. *drama abis*
Oke, itu nggak penting..balik lagi, pertanyaannya belum dijawab, kami keturunan siapa??

Bagian ini ga menyenangkan...awal mendengar nama tersebut kami bertanya-tanya, siapa tuh?? Lalu setelah mendengar nama tersebut kami mencoba googling dan mencari tau siapa dia...kami membaca latar belakang yang well...ternyata tidak baik...saya tidak akan menyebutkan namanya disini..namun dalam hasil pencarian kami, dikatakan bahwa orang ini memiliki hubungan yang buruk dengan adiknya, hubungan dengan ayahnya pun tidak baik, ia memiliki banyak istri, ia seorang yang berhati lemah dan mudah dipengaruhi, ia juga seorang yang suka memberontak..

Setelah membaca seklias penjelasan dari mbah google tersebut, respon pertama saya begini : "Gila nih orang..jahat bener..ancur bener keluarganya..ga ada yang beres"

Dan berita baru itu langsung membuat saya berpikir mengenai keluarga saya yang sekarang..
Ya..sistem keluarga...saya pernah mendapat tugas dari kampus untuk membuat genogram, seperti pohon keluarga yang menggambarkan juga hubungan antar anggota keluarga satu dengan yang lainnya..saat itu saya membuat mulai dari nenek kakek saya sampai generasi dibawah saya..dari situ saya dapat melihat gambaran yang jelas bagaimana hubungan antar anggota satu dengan yang lainnya, bagaimana pola seperti bercerai dan memiliki istri lagi juga nampak disana..

Suatu sistem yang dibawa seorang pribadi dan digabungkan dengan sistem lain yang dibawa pasangannya menghasilkan sistem yang saya jalani sekarang..pencipta dari sistem bukan hanya satu orang, namun kondisi yang menghadirkan suatu interaksi tertentu..
Dosen saya pernah berkata : Begitu kita memahami sistem, kita ga akan gampang menjudge situasi seseorang..karena sebenarnya mereka ini sedang terjebak dalam sistem

Sistem ga sama denngan kebiasaan. Kebiasaan itu pribadi, masing-masing orang punya kebiasaan, tapi sistem itu ada diluar dirinya. Contoh : sejak kecil mama saya menekankan bahwa setiap orang dalam rumah harus membantu pekerjaan rumah. Saya bukan orang yang suka mengerjakan pekerjaan rumah, namun saya tidak bisa mengontrol hal tersebut karena peraturan yang ada. Saya harus terus beradaptasi untuk melakukan hal-hal tersebut sejak kecil..setiap hal di rumah diatur dan hal tersebut membuat saya menjadi seorang yang agak kaku dan kurang fleksible..

Sistem membuat saya seperti ini..dan seringkali sistem tercipta tanpa kerelaan dari individu yang ada didalamnya sehingga menimbulkan perasaan ga happy..dan untuk break sebuah sistem itu sulit sekali..butuh awareness akan apa yang terjadi..

Saya menyadari, saya lahir dalam keluarga dengan sistem yang kurang baik..ada hal-hal yang akhirnya membentuk sebuah sifat atau karakter dalam diri saya yang tidak baik...cerita tentang keturunan keraton diatas sedikit membantu saya melihat betapa dari generasi ke generasi keluarga ini, sifat serta karakter tersebut terbawa..saya nggak bisa memungkiri bahwa pola-pola tersebut mungkin menurun..dan sulit sekali untuk break sebuah sistem karena saya terjebak didalamnya tanpa sadar..

Bahkan ketika mengenal Tuhan, tau bahwa Tuhan sanggup melakukan perubahan, pribadi ini tidak dengan serta merta berubah karena hal ini terkait dengan aspek psikologis..ada hal-hal yang tidak disadari dalam diri yang terbentuk oleh sebuah sistem..so, tidak semua orang yang sudah mengenal Tuhan, dengan sendirinya berubah..
Pada akhirnya, perlu sebuah awareness akan apa yang terjadi dalam keluarga dan butuh sebuah keberanian untuk break sistem tersebut, butuh kedisiplinan untuk belajar berubah, butuh sebuah refleksi yang kontinu untuk melihat kepada diri sendiri..

Dan hal ini nggak mudah...2 tahun belakangan ini saya cukup stress melihat diri saya sendiri...dengan bantuan alat tes dan konseling, saya dibukakan akan banyak hal yang membuat saya cukup give up dengan diri saya sendiri..terlalu banyak hal yang harus diperbaiki, terlalu rusak dan saya tidak tau harus mulai dari mana..
Saya sempet merasa down banget melihat diri saya yang seperti ini..dan melihat gambaran utuh begini, berpikir mengenai perubahan tampaknya mustahil saat itu..

Saya sadar, saya dikenal dengan keras kepalanya saya, cepat marah, ga santai, galak..temen-temen yang kenal saya dari SMP sampai sekarang mungkin tau dan saya pun mengakui hal tersebut bahwa memang saya seperti itu..namun saya sedih ketika sekarang, saya sudah berusaha berubah, namun label tersebut tampaknya masih diingat oleh teman-teman saya bahkan oleh orang-orang terdekat saya..
Memang betul sih, pada akhirnya kesan pertama atau hal yang menonjol dari seseorang itulah yang akan diingat..
Namun bagi saya sendiri ini bukan hal yang mudah...aware akan apa yang terjadi dalam diri saya membuat saya semakin berhati-hati, namun berapa banyak orang terdekat saya yang sadar bahwa saya sedang berjuang akan hal ini disamping hanya terus memberikan label?

Satu titik saya lelah melihat realita yang tidak menyenangkan akan sebuah sistem yang buruk ini dan saya terjebak didalamnya...disisi lain, saya ingin keluar dari sistem ini dan mengubah sistem tersebut...dan saya tau, untuk mulai mengubahnya, hal itu harus dimulai dari diri saya sendiri yang sudah aware...dan saya butuh support, butuh empati dari orang-orang terdekat saya..menempatkan diri di posisi orang lain terkadang luput dari sebuah pertemanan...dan akhirnya hanya menjalani pertemanan yang superficial saja..

Tentu, support dan empati pertama datangnya dari Tuhan.. :)
Dalam kondisi tersebut, saat saya sedang meneruskan membaca Alkitab, perikop yang sedang saya baca saat itu pas sekali...dari Yeremia 18:1-6

1 Firman yang datang dari Tuhan kepada Yeremia bunyinya :
2 "Pergilah dengan segera ke rumah tukang periuk. Di sana Aku akan memperdengarkan perkataan-perkataan-Ku kepadamu."
3 Lalu pergilah aku ke rumah tukang periuk, dan kebetulan ia sedang bekerja dalam pelarikan.
4 Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya.
5 Kemudian datanglah Firman Tuhan kepadaku, bunyinya :
6 "Masakan aku tidak dapat bertindak kepada kamu seperti tukang periuk ini, hai kaum Israel!, demikianlah firman Tuhan. Sungguh, seperti tanah liat di tangan tukang periuk, demikianlah kamu di tangan-Ku, hai kaum Israel!

Sepertinya ayat ini baru bener-bener saya baca saat itu, berulang-ulang saya baca, saya ulangi lagi sampai saya kembali mendapat peneguhan...Ya, SEBURUK apapun, SERUSAK apapun hidup saya, Tuhan akan mengerjakannya kembali menurut apa yang baik pada pemandangannya..
Stop berpikir bahwa mustahil untuk melakukan perubahan...stop berpikir bahwa bagian-bagian yang bolong dan bocor dalam diri ini nggak bisa diperbaiki..
Saya bener-bener terharu sama cara Tuhan menguatkan saya..kata-kata tersebut kayak nemu mata air dipadang pasir :) begitu melegakan..!

Ya..mungkin tidak semudah membalikkan telapak tangan...dibutuhkan sebuah proses terus menerus untuk dapat break sebuah sistem...tapi satu hal yang saya tau, saya harus memulai dari menyerahkan hidup saya ke Tuhan dan berusaha bukan dengan kekuatan saya, namun terus bergantung sama Tuhan...


“The solution to suffering and the doubts it raises is not found in argument. It is found in learning to rest in God’s grace and to trust in His power – even when the suffering is mysterious and overwhelming” – Bill Crowder

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hal-Hal Yang Gw Harap Gw Paham Ketika Masih Muda

Toxic Positivity

3 words for 2020