How i met me

Berasa aneh ga sih judulnya? Hehehe...saya terinspirasi dari film "How i met your mother" yang menceritakan perjalanan naik turun seorang laki-laki untuk bertemu dengan pasangannya, yang akhirnya menjadi istrinya...

How i met me...yes, me...disini saya mau menceritakan bagaimana saya bertemu dengan diri saya sendiri..sounds weird? Mungkin bagi yang ga tau rasanya, saya coba jelaskan dibawa kenapa saya bisa disconnected sama diri saya sendiri dan akhirnya menemukan diri saya...

Selama hampir 24 tahun saya hidup, saya disconnected dari diri saya sendiri...ibarat internet yang ga ada koneksi, diri saya pun ga connect sama diri saya sendiri.. *aneh ga tuh* hehehe..
Kok bisa?
Bisa...
Eh, tapi ini bukan berarti kepribadian abnormal yaa kayak schizophrenia or something...gw masih normal kok.. :p

Menurut Carl Jung, semua orang lahir dengan 4 fungsi dalam dirinya yaitu feeling, sensing, intuiting dan thinking. Keempat fungsi ini merupakan bagian penting dari kepribadian seseorang yang SEHAT...
Ketika seseorang memiliki kepribadian yang sehat, mereka dapat menghubungkan keempat fungsi tersebut dengan baik, sementara orang yang memiliki kepribadian yang tidak sehat, tidak menyadari ketika satu dari empat fungsi yang ada diblokir....
Efeknya? Saya menjadi orang yang ga paham akan diri saya sendiri dan juga kebutaan terhadap perilaku seseorang...

Oke...kok bisa diblokir? *uda kayak kartu kredit aja*
Iya...ini bisa terjadi karena saya dilatih sejak kecil untuk disconnected terhadap perasaan saya...
Kata-kata seperti, "Udah nggak papa, nggak sakit kok, cuma luka kecil" membuat saya mengabaikan perasaan saya yang sebenarnya...
Figur otoritas, khususnya orangtua saya sangat berpengaruh sekali....Melalui berbagai kejadian, saya diprogram oleh kata-kata orangtua saya untuk tidak memperhatikan perasaan saya. Beberapa pengalaman yang saya alami ketika masih kecil didefinisikan oleh orangtua saya sehingga hal tersebut mempengaruhi persepsi saya...
Saya mengambil definisi mereka dan percaya bahwa definisi mereka itu lebih nyata daripada definisi saya sendiri sehingga hal itu membentuk identitas saya...
Akibatnya, selama 24 tahun saya menjalani hidup bukan dengan identitas saya...

Identitas...ya...identitas yang bukan berasal dari saya...tapi orangtua saya...membuat saya memiliki poor self image...
Serem? Serem banget...
Efek yang masih saya rasakan sampai saat ini dan baru saya sadari bulan Juli kemarin adalah saya seorang yang emotionally blocked...saya terbiasa untuk block perasaan-perasaan saya dan tidak bisa mengekspresikan perasaan saya...ketika menemukan hal ini, saya down...
Gimana saya bisa menjadi seorang konselor? Gimana saya bisa menjadi seorang istri nantinya? Gimana saya bisa menjadi seorang ibu jika sudah saatnya? Gimanaaa?? Bahkan kepekaan aja sangat minim...
1 minggu yang lalu, murid saya yang berumur 4 1/2 tahun masuk kelas dengan menangis keras sekali...saya jongkok, memposisikan mata saya sejajar dengan matanya dan bertanya kenapa...sambil sesunggukan dia menjawab, "Daddy's gone"...saya berusaha menenangkan dia dan berkata kalau papanya ada di bawah, it's ok....saya hanya menepuk-nepuk pundaknya...dan akhirnya anak itu berhenti nangis...
Saat selesai mengajar dia dan mengantar dia kebawah, saya cerita ke papanya kalau tadi dia nangis...dan memang, anak umur 4 tahun masih belum bisa membedakan present and absent..
Tapi saya mencoba merefleksikan lewat kejadian tersebut dan bertanya kepada diri saya sendiri, kenapa tadi saya ga meluk anak ini? Kenapa terasa awkward sekali ketika saya ingin mengekspresikan sesuatu..?

Menyadari hal ini 1.5 tahun yang lalu lewat proses konseling nggak menjadikan saya serta merta langsung berubah...
Konseling menolong saya untuk masuk kembali ke dalam diri saya sendiri..
Ya...selama ini jika saya ingin menggambarkan, saya berada diluar diri saya sendiri...dan ketika saya dibukakan banyak fakta dan terus evaluasi diri, seakan-akan saya kembali masuk kedalam diri saya sendiri...
Masuk kedalam diri saya sendiri dan menemukan diri saya sesungguhnya...menemukan banyak sekali PR yang harus saya kerjakan...menemukan efek dari berbagai hal sistem dan hubungan dari papa mama saya...dan menjalani hidup dengan awareness yang baru, namun harus tetap alert karena bahaya akan kecenderungan yang ada, yang membuat saya kembali ke pola yang lama..

Di kampus ini...ya, dikampus ini...
Tempat dimana saya nekat mencemplungkan diri saya disini...
Tempat dimana awalnya saya mengejar pengakuan...entah dari siapa...
Tempat dimana awalnya saya mengejar achievement...
Namun semua diputar balikkan sama Tuhan menjadi tempat dimana saya menemukan diri saya...
Tempat dimana saya "dihajar" habis-habisan..
Tempat yang tidak ingin saya tukar dengan apapun juga karena harganya lebih bernilai dari apapun yang ada..
Walaupun sulit, walaupun berat, walaupun harus berpeluh keringat, walaupun harus bolak balik menangis...tapi proses pembentukan ini sangat nyata...
Proses yang sangat berharga...proses jatuh bangun yang real...bergumul dengan Tuhan...bertemu dengan diri sendiri...
Di kampus ini...ya, dikampus ini...

Saya ga tau perjalanan saya masih seberapa jauh...saya merasa bahwa saya baru saja memulai hidup...saya merasa bahwa saya baru "berkencan" dengan diri saya sendiri...mengenal diri saya, mamahami diri saya...
Ada kalanya saya iri melihat teman-teman saya yang sudah melesat maju...pekerjaan baik, membangun hubungan rumah tangga, dan segudang definisi "sukses" dari dunia..saya ga bisa memungkiri bahwa perasaan itu ada dalam diri saya...

Namun saya pun akan mulai berjalan...dengan diri saya yang baru saya temui 1.5 tahun...usia bayi...tapi saya akan terus berjalan...saya akan terus bertumbuh...bukan dengan kekuatan saya, tapi dengan kekuatan Tuhan...


"Anugerah-Mu kepadaku tak pernah berubah...perbuatan-Mu terlukiskan didalam hatiku...tercengang ku dibuatMu, kukagum pada-Mu...
tak ada hal dihidupku yang luput dari-Mu"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hal-Hal Yang Gw Harap Gw Paham Ketika Masih Muda

Toxic Positivity

3 words for 2020