Lesson Learned (2)

Hidup ini adalah pilihan. Tapi, pilihan itu bukan hanya berarti kita memilih ingin ambil jurusan musik atau psikologi, juga bukan berarti memilih kerja di Jakarta atau di Bandung, lebih dari itu, kita semua punya suatu pilihan yang luar biasa, yaitu memilih untuk melihat dari sudut pandang yang mana..

Entah sudah berapa banyak Tuhan memberi pelajaran bagi saya dalam hidup ini...kayaknya ga terhitung :) mulai dari hal kecil sampai hal-hal besar...dan ketika berbicara pelajaran dari Tuhan, yang artinya kita belajar dari pengalaman, pastinya rasanya ga enak kalau dilihat dan dirasakan dari sudut pandang manusia yang rapuh dan terbatas ini...tapi balik lagi, saya punya pilihan untuk melihat dari sudut pandang yang mana...

Ga mudah bagi saya ketika saya punya mimpi dan goal, lalu tiba-tiba mimpi itu dihempas hanya dalam waktu hitungan bulan..."Why?" Itu pertanyaan pertama saya yang muncul...dan "Can i trust You, God?" adalah pertanyaan kedua yang muncul dalam benak saya...
Kecewa...marah...sedih...merasa dipermainkan Tuhan...broken heart...hurt...
I'm dealing with all those emotion...but i know, healing can't be rushed...and i'm still in the process...

Selalu ada pelajaran yang bisa saya ambil untuk memperbaiki diri saya kedepannya...saya sadar bahwa PR saya sangat banyak dengan diri sendiri ini...ga bisa dipungkiri, lahir dan hidup dalam keluarga yang dysfunction membuat saya harus berjuang sedemikian kerasnya untuk memperbaiki diri... "Situation you thought you cleared are coming up again for more awareness. Healing is done in layers. You have to continue to spiral through the same emotional experiences until there is no energetic charge left to trigger you"
Yup...pelajaran itu akan terus muncul sampai trigger itu ga mempengaruhi saya dan tidak menganggu saya lagi...saya menganggp itu pelajaran dari Tuhan yang ingin membentuk saya lebih baik lagi...walaupun terkadang saya bertanya ke Tuhan, kenapa sulit sekali berhadapan dengan diri sendiri...

Saya sadar, musuh terbesar saya adalah diri saya sendiri...Sejak melalui proses konseling selama 1 tahun dari tahun 2012, saya semakin sadar akan diri saya sendiri dengan berbagai kecenderungan yang ada. Mungkin bagi beberapa orang, akan lebih mudah menampilkan sosok lain, sosok yang kita mau ketimbang membereskan diri sendiri. Pertama, karena memperbaiki diri menghabiskan banyak energi dan waktu. Kedua, memperbaiki diri sangat menyakitkan...dan proses inilah yang dihindari banyak orang...but, not for me..

Saya sadar saya punya banyak kelemahan...dan ketika Tuhan menghadirkan sebuah pengalaman demi pengalaman yang membuat saya belajar tentang siapa saya, tentang siapa Tuhan, hal tersebut yang terus membuat saya selalu bergantung sama Tuhan...karena saya sadar, pemilik hidup saya adalah Tuhan...Dia yang paling mengenal saya, Dia yang paling tau saya, dan Dia pula lah yang selalu tau caranya membentuk saya...Beberapa hari lalu, saya membaca posting-an salah satu pembicara di Instagram, "God's designs regarding you, and His methods of bringing about these designs are infinitely wise".
Woow...bisakah kalian melihat kebenaran dalam kalimat itu? :) dan tiba-tiba saya ingat sebuah lagu, "God is too wise to be mistaken, God is too good to be unkind".

Pengalaman gagal memang ga menyenangkan untuk dijalani, apalagi dirasakan...hahaha...siapa juga yang mau gagal yaa...tapi uniknya, Tuhan seringkali memakai cara itu untuk membuat kita belajar..manusia ini lemah yaa...tokoh Alkitab pun banyak punya kelemahan dari sisi psikologis : Musa yang minder, Abram tipe suami yang plin plan, bolak balik bikin kesalahan, Sara tipe istri yang suka menyalahkan orang lain, teriak-teriak, Timotius yang peragu, pemalu, penakut, Petrus yang keras...mereka jauh sekali dari kata perfect...tapi Tuhan tetap membentuk mereka dalam kelemahan mereka sehingga ketika dibukakan oleh Tuhan siapa diri mereka, mereka lebih aware dan dengan cara pandang yang baru dapat hidup sesuai dengan apa yang Tuhan mau. Jaman dulu, mungkin Tuhan berbicara langsung kepada mereka..dan pembentukan itu nyata...tapi jaman sekarang, Tuhan tidak berbicara langsung...dan bagi saya pribadi, Tuhan paling banyak membentuk saya lewat orang lain...

Saya tidak berani bilang bahwa saya sudah aware 100% dengan diri saya sendiri..toh nyatanya Tuhan pun masih membentuk saya...dan saya yakin ini adalah perjalanan iman seumur hidup...dan ketika berada di titik rendah tersebut, kalimat seorang teman benar-benar menyentak saya, : "Gw rasa ya dalam hal ini kita cuma bisa berharap sama Tuhan, kalau ini akan jadi pelajaran buat kalian berdua. Kalau ini adalah proses untuk semakin dekat dan kenal dengan-Nya supaya Tuhan juga yang membantu kalian untuk memprosesnya".
Kata-kata teman saya tersebut tidak langsung membuat saya berpikir saat itu juga, karena dalam kondisi masih down dan marah, justru saya banyak mempertanyakan Tuhan...tapi ketika saya sudah pelan-pelan memproses semuanya, kalimat tersebut kembali terngiang..

Setidaknya ada 4 hal yang saya pelajari dari kegagalan yang saya alami..
Saya semakin mengenal siapa Tuhan..
Saya semakin mengenal diri saya sendiri..
Saya tersadar akan apa yang namanya cinta..
Saya tersadar akan sebuah kata "Kebahagiaan"..

Saya akan membahas poin 3 dan 4 di lain blog, karena itu yang paling panjang...hehehe..
Tapi saya mau fokus lebih kepada siapa Tuhan... "Semakin dekat dan kenal dengan-Nya" --> kalimat teman saya ini banyak membuat saya berpikir...

Otak dan pikiran manusia yang terbatas ini memang ga bisa mengerti Allah yang tidak terbatas...kata dekat dan kenal, yang selama ini saya pikir saya sudah merasa kenal, tampaknya ga se-simple itu yaa...ada hal-hal yang memang sebenarnya saya ga paham sama cara kerja Allah...dan sepertinya percuma juga berusaha paham dengan otak yang terbatas ini...hahaha...ga bisa boo mau dicoba gimana pun juga...
Tapi saya harus akui, saya orang yang suka sekali berpikir...dalam keadaan diam saja, otak saya biasa berpikir..dan celakanya, saya berusaha memahami Tuhan...saya berusaha memasukkan Tuhan dalam kotak saya...merasa Tuhan se-sempit itu cara bekerjanya, merasa Tuhan se-kecil itu...padahal Tuhan adalah Tuhan yang jauuuhhhh lebih besar dan lebih tau dari saya...

Saya sadar, mungkin pertanyaan "Why?" tidak dapat saya jawab sekarang...tapi setidaknya pertanyaan kedua "Can i trust You Lord?", saya akhirnya bisa berkata "Lord, i believe, help my unbelief" (Markus 9:24). "Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini".

Dalam perjalanan hidup saya, mungkin saya kayak Thomas, yang selalu minta bukti, atau Timotius yang peragu...sehingga berulang kali mempertanyakan : Tuhan tau ga sih yang terbaik buat saya?? *what a sinner...

Iman...yup...1 kata itu lagi...yang seringkali saya tulis juga...dan Tuhan masih dengan sabar ngajarin saya akan hal ini...iman yang tercampur dengan keraguan..terombang ambing seperti berdiri diatas seutas tali tipis...yang menjadi masalah bukanlah ketidakinginan kita untuk percaya, tapi justru kepada ketidaksanggupan kita untuk mengimaninya..pernahkah merasakan hal yang sama seperti saya??
Dan ketika membaca perikop dan ayat diatas, saya bersyukur dan semakin kenal Tuhan. Kenapa??
Karena Tuhan bukanlah Tuhan yang kaku dan hanya menyuruh. Dia Allah yang peduli akan pergumulan kita, bahkan pergumulan dimana kita berjuang untuk percaya. Ketika kita diminta untuk percaya, dan kita belum cukup sanggup untuk itu, bukankah cukup melegakan ketika kita tau bahwa Tuhan pun bersedia membantu kita untuk percaya, mengatasi keraguan kita? Dia bersedia untuk itu...and that's a good news since we are only human with limited ability and full with weaknesses.

Membahas masalah iman bukan hal yang mudah bagi saya...dan melalui hal ini, saya menyadari dan melihat dari sudut pandang lain lagi tentang siapa Tuhan...iya...Tuahn bukanlah Tuhan yang hanya peduli sama masalah kita, tapi Tuhan juga adalah Tuhan yang membantu kita untuk percaya kepada-Nya...entah sudah berapa kali Tuhan mengajarkan saya tentang iman...dan perumpamaan iman seperti biji sesawi itu benar-benar nyata...segitu sulitnya untuk punya iman bahkan hanya sekecil biji sesawi...

Cerita saya mungkin tidak sesuai dengan apa yang saya rencanakan...mungkin bisa digambarkan seperti benang kusut...mungkin saya tidak melihat apa yang akan terjadi didepan sana...tapi melalui perenungan saya pribadi, saya bisa mempercayai Tuhan dalam cerita hidup saya...Dia penulis hidup saya, memimpin orkestra secara detail untuk akhir yang baik...mungkin saya ga ngerti "why things happen", tapi saya yakin Tuhan punya rencana tersendiri dengan berbagai emosi yang saya alami...


When i think everything has gone wrong, it's just that i'm still in the middle of my story. While i don't know the joys and trials i have yet to encounter, i do know that Jesus will be with me through them all. And i can be confident that one day, after the last chapter is written, my story will be tied up with a bow in the most glorious way possible. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hal-Hal Yang Gw Harap Gw Paham Ketika Masih Muda

Toxic Positivity

3 words for 2020