What is Love? (part 4)

Sebagai lulusan psikologi dan konseling, ada satu hal yang saya sayangkan dari yang namanya sebuah pendidikan. Bagi saya, seharusnya sejak duduk di bangku SMP, setiap orang mendapatkan mata pelajaran tentang diri sendiri dan relasi dengan orang lain...bagaimana mengenal diri sendiri, mengenal emosi diri, mengenal pikiran sendiri serta meningkatkan skill komunikasi sejak remaja.

Kenapa? Hahaha...ini pikiran random saya aja sih...karena saya banyak menemukan orang-orang di usia pemuda (usia 28 keatas) sulit sekali yang namanya berelasi, dalam hal ini berelasi lawan jenis, a.k.a pacaran :)
Kenapa? Karena mereka tidak menemukan konteks hidup untuk berlatih dan memahami diri lebih baik lagi sehingga itu berpengaruh terhadap cara pandang mereka dalam berelasi.
Kenapa? Karena makin kesini, makin banyak keluarga-keluarga yang dysfunction sehingga role model anak dalam melihat bagaimana seharusnya relasi itu terbentuk tidak ada sama sekali, bagaimana seorang laki-laki bersikap, bagaimana seorang perempuan bersikap, bagaimana yang namanya cinta itu dipraktekkan dan diusahakan terus menerus.

Saya termasuk? Iya *jujur..hahaha..

Seperti yang pernah saya tulis dalam blog sebelumnya, saya baru menemukan diri saya sesungguhnya ketika berusia 26 tahun. Sampai usia sekarang pun, saya masih terus berlatih hal-hal yang saya tau menjadi kelemahan saya..dan itu ga gampang sodara-sodara..hahaha...saya ga punya role model dalam rumah, sehingga saya yang sejak SMP suka sekali menginap di rumah teman-teman saya, hanya bisa mengobservasi "Oh, relasi ayah sama anak tu harusnya begini", "Oh, relasi suami istri yang hangat tu seperti ini", "Oh, perlakuan ibu ke anak tu begini toh".
Iya...saya belajar itu semua dari keluarga lain..bahkan sampai sekarang...saya banyak baca buku, saya banyak minta bimbingan ke konselor, sehingga saya makin diperlengkapi dan belajar untuk berbenah diri...
Gampang untuk berubah? Nggak semudah itu...yang namanya berubah ke arah lebih baik itu ga segampang membalikkan telapak tangan...bersyukur lah kalian yang lahir dalam keluarga yang bisa berfungsi dengan baik...tapi bukan berarti kalian yang lahir dalam keluarga ga baik ga bisa berubah...proses, progress...sekecil apapun itu, progress tetaplah sebuah progress...dan bersyukurlah akan hal itu :)

Bayangkan ketika anak melihat keluarganya sendiri berantakan, yang otomatis berpengaruh ke emosi dan cara dia memandang diri, memandang orang lain, lalu ketika sudah beranjak dewasa ia pacaran, akan banyak sekali efek dan dampak yang dihasilkan...ga percaya? Coba aja..hahaha... :)
Ruang konseling sekarang penuh dengan banyak masalah keluarga.
Dan saya menyadari bahwa konseling sebelum menikah itu penting sekali, sangat sangat penting..!

Satu sisi saya bersyukur saya belum menikah..karena kalau udah, pasti keluarga saya juga akan berantakan..hahaha..saya bisa jamin 100%...sebelum saya paham tentang diri sendiri, dampak apa yang dihasilkan ketika saya tumbuh dari lingkungan keluarga yang seperti itu, bagaimana itu mempengaruhi emosi saya, mempengaruhi cara saya berelasi, waah, kebayang kacaunya ketika saya ga aware akan hal-hal seperti itu...dan bersyukur selama 4 tahun ini saya terus memproses ini, walaupun masih jatuh bangun, tapi setidaknya saya tau saya dikasihi Tuhan, dengan Dia memberikan teman-teman konselor yang selalu jadi tempat saya cerita dan cermin buat saya ketika saya mengeluarkan sikap-sikap yang saya sendiri ga sadar...

So...ada 1 hal yang juga menjadi perenungan saya ketika bicara masalah relasi (dalam hal ini pacaran)...akhir-akhir ini saya sedang memikirkan tentang "the right person"..kadang dalam jurnal pribadi saya dengan Tuhan, saya bertanya-tanya, "Does he even exist? How do i know if i am with the right partner?"
Karena ternyata gagal dalam masalah pacaran itu sangat menguras energi mental yaa, hahaha...

Pertanyaan itu yang membawa saya terus merenungkan apa itu sebenarnya 2 pribadi lawan jenis yang sedang berelasi...apakah semua orang yang berelasi bahkan sampai menikah pun akan berkata bahwa pasangannya adalah the right person? Dan apakah kalau jawabannya tidak, dia salah pilih pasangan?
Hahaha...maklum lah yaa, saya suka sekali berpikir yang nggak-nggak :D tapi serunya disitu...kayak terus bertanya-tanya sama Tuhan tentang sesuatu..dan Tuhan bisa bukain lewat pengalaman orang lain, lewat buku, bahkan bisa jadi lewat pengalaman kita yang kita rasakan sendiri...

Okeh...dan ini jawaban yang coba saya pikirkan berdasarkan pengalaman saya dan bincang-bincang saya dengan orang-orang yang sudah menikah..

There is no THE RIGHT PERSON..!

Yaaahh...penonton kecewa...hahahaa.. :)
Iyah, ga ada yang namanya the right person...

Dulu saya orang yang sangat idealis sekali...kalau ditanya masalah kriteria ya, saya bisa bikin list-nya..hahaha...asli..saya berpikir bahwa diluar sana ada tuh yang namanya "the right person" buat saya..dan saya terus menunggu-nunggu sampai seseorang itu muncul...tapi ternyata ga ada sodara-sodara..hahaha..

Setiap relasi itu punya siklus yang akan dijalani dan dirasakan.
Di awal, fase yang terjadi adalah kita jatuh cinta sama pasangan kita, kita menunggu WA/telepon dari pacar kita, kagum sama kehebatan-kehebatan pacar kita, pengen selalu dekat.
But hey, jatuh cinta itu ga susah...itu respon alami dan pengalaman spontan yang terjadi. Kita ga perlu melakukan apa-apa. That's why it's called "falling", right? 
Bayangkan yaa...ibarat kita hanya berdiri, ga melakukan apa-apa, dan tiba-tiba sesuatu terjadi pada kita..
Aneh? Iya, tapi itulah jatuh cinta yang kadang membuat orang tampak bodoh :)

Jatuh cinta itu pasif dan spontan. Tapiiiii...setelah beberapa bulan atau beberapa tahun pacaran, euphoria cinta itu akan memudar..dan hey, itu adalah siklus NORMAL dalam SETIAP relasi...
Perlahan namun pasti, telpon itu akan menggangu, WA dari pacar akan membuat kita tidak sesenang itu, dan hal-hal yang dilakukan saat PDKT, yang dulunya kita anggap lucu, jadi hal yang nggak lucu atau menyenangkan lagi ketika pacaran..
Kita akan melihat perbedaan dramatis ketika awal-awal jatuh cinta, dan tiba-tiba ketemu realita yang seperti ini..semakin lama makin membosankan dan bahkan bisa sampai membuat marah..

Dalam fase ini, kita akan mulai bertanya, "Am i with the right person?"
Pertanyaan itu akan terus kita pikirkan dan ketika kita memikirkan euphoria jatuh cinta di awal, mungkin kita ingin merasakan kembali tapiii dengan orang lain...disinilah banyak relasi yang akhirnya berhenti di tengah jalan alias putus..

Saya mau highlight bagian ini : The key to succeeding in a relationship is not finding the right person, but it's learning to love the person you found.

Make sense?
Seringkali kita menyalahkan pacar kita ketika dia tidak bisa memberi kebahagiaan pada diri kita dan mencari keluar untuk memenuhi kebahagiaan tersebut. Ketidaksetiaan akhirnya sudah menjadi salah satu cara yang seringkali dilakukan..tapi, cara lain yang juga seringkali dilakukan adalah pacar kita berlari kepada pekerjaan, hobby, pertemanan, olahraga, TV dan hal-hal lainnya.
But hey, sekali lagi saya tekankan, jawaban atas dilema ini bukan berada di LUAR relasi kalian, tapi ada di dalamnya.

Menjaga cinta itu bukan sesuatu yang pasif dan spontan. Kita harus mengerjakan itu setiap hari. Iya, itu akan sangat menghabiskan waktu, energi, usaha kita...kalau ga mau susah jalanin atau menjaga cinta, jangan pacaran, apalagi masuk ke dalam pernikahan! :) karena kalau ketemu masalah, akan gampang sekali ngomong putus atau cerai...hati-hati..
Dan yang paling penting dari menjaga cinta itu sangat sangat membutuhkan WISDOM. kita harus tau apa yang harus dilakukan untuk membuat itu works.

Love is not a mystery.
Ada hal-hal spesifik yang bisa kita lakukan (bersama atau tanpa pasangan). Seperti ada hukum gravitas, dalam relasi pun ada hukumnya. Kalau kita melakukan sesuatu, hasilnya bisa kita prediksi..kalau kita tidak melakukan apa-apa, hasilnya pun bisa kita prediksi..

Oiya, satu lagi yang terpenting... LOVE is therefore a decision, not just a feeling.
Iya, cinta itu pilihan...kita bebas memilih..bukan hanya sekedar perasaan...ketika sudah memilih, belajarlah untuk mencintai orang yang sudah kamu pilih...



Remember this always : God determines who walks into your life. It is up to you to decide who you let walk away, who you let stay, and who you refuse to let GO.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hal-Hal Yang Gw Harap Gw Paham Ketika Masih Muda

Toxic Positivity

3 words for 2020